Pemanfaatan Bungkil Sawit untuk Pakan Ternak
Upaya peningkatan memproduksi ternak tidak lumayan cuma bersama beri tambahan rumput alam saja, tapi mesti adanya pakan tambahan. Mahalnya harga pakan impor mendorong kita sehingga bisa pakai beragam sumberdaya lokal sebagai sumber bahan pakan alternatif, terlebih bahan baku sumber protein dan energi. Bahan baku dimaksud, dikehendaki ada secara kontinyu, melimpah, murah, tidak bersaing bersama kebutuhan manusia, secara ekonomi menguntungkan, dan secara sosial bisa diterima masyarakat. Salah satu bahan pakan yang kala ini lumayan potensial adalah bungkil inti sawit.
Bungkil sawit ini adalah salah satu bagian hasil ikutan pemrosesan inti sawit ( daging sawit dilengkapi batoknya), hasil ini bisa mencapai 45% dari inti sawit. Jika kita liat dari nilai unsur kimianya, BIS membawa 14-17% protein, Serat kasar 12-18%, lemak 10,5%. Oleh karena itu, bungkil inti sawit terlampau baik untuk dimanfaatkan untuk pakan ternak.
Pada sapi perah bungkil inti sawit atau BIS ini bisa digunakan 65% dari bahan ransum, jagung 25%, dan bungkil kedelai 10%. Sedangkan pada sapi potong bisa dipakai sampai 70% pada ransum pakan ternak. Jika peternak beri tambahan pada domba sebanyak 30%, bersama cuma beri tambahan rumput bisa menaikkan bobot pertumbuhan dari 30g di dalam satu hari, sedang bersama beri tambahan BIS, bobot domba bisa meningkat menjadi 70g/ekor/hr palm kernel expeller.
Dalam ternak unggas, pemanfaatan BIS lebih kurang 5-15%, karena serat kasarnya yang terlampau tinggi dan system kecernaannya yang rendah. Untuk ayam petelur bisa digunakan 10-15%, perihal ini karena system pencernaan ayam petelur yang lebih baik dari ayam pedaging. Kegunaan lain pemanfaatan BIS pada ayam termasuk bermanfaat sebagai pengendali baktari jahat yaitu: Salmonella ke-dougou.
Proses Fermentasi bungkil inti sawit untuk pakan ternak bersama Jamur dan Bakteri seperti Rhizopus oligosparus, Aspergilus niger, atau Eupenicilium javanicum bisa menurunkan nilai serat kasar, dan tentunya bersama sistem fermentasi bisa menaikkan nilai protein dari bungkil inti sawit, serta tingkat kecernaannya termasuk bakal meningkat. Jika peternak sukar mendapatkannya, peternak bisa mengunakan probiotik yang beredar di pasaran seperti: SOC (Suplemen Organic Cair) dari PT HCS, Probitik Tangguh, EM4, Starbio, dll.
Proses fermentasi ini telah menaikkan nilai Protein dari Bungkil Inti Sawit dari 14% menjadi 23%. Jika kita beri tambahan kembali enzim penghancur serat pada ransum ayam yang membawa 30% Bungki inti sawit, bisa menaikkan peforma ayam sampai menyamai ayam yang pakai pakan ransum biasa(contoh: jagung dan bungkil kedelai).
Selain kadar gizi yang lumayan tinggi untuk pakan ternak, harga bungkil inti sawit termasuk lumayan tidak mahal karena ketersediannya termasuk melimpah. Pasalnya, Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar no satu dunia. Menyumbang sebanyak 48 % dari total volume memproduksi minyak sawit di dunia, diikuti Malaysia sebagai penyumbang memproduksi minyak sawit sebesar 37% dari total volume memproduksi minyak sawit dunia. Sumatera dan Kalimantan adalah tempat penghasil lebih dari 96% % memproduksi minyak sawit Indonesia. Sumatera menyumbang sebanyak 78% dan Kalimantan sebanyak 18% dari total memproduksi minyak sawit Indonesia.